Proses Morfofonemik

Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering mendengar bentuk kata seperti menulis, memasak, atau membaca. Jika kita perhatikan, bentuk kata-kata tersebut mengalami perubahan bunyi pada awal katanya, padahal kata dasarnya sama-sama dimulai dengan huruf konsonan. Misalnya, kata menulis berasal dari kata dasar tulis, dan diberi awalan me-, namun tidak menjadi metulis. Hal ini menunjukkan bahwa dalam proses pembentukan kata, terjadi penyesuaian bunyi.

MORFOLOGI

Aco Nasir

4/8/20253 min read

Materi Ajar Morfologi Bahasa Indonesia

Topik: Proses Morfofonemik

Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering mendengar bentuk kata seperti menulis, memasak, atau membaca. Jika kita perhatikan, bentuk kata-kata tersebut mengalami perubahan bunyi pada awal katanya, padahal kata dasarnya sama-sama dimulai dengan huruf konsonan. Misalnya, kata menulis berasal dari kata dasar tulis, dan diberi awalan me-, namun tidak menjadi metulis. Hal ini menunjukkan bahwa dalam proses pembentukan kata, terjadi penyesuaian bunyi.

Perubahan bunyi tersebut dikenal dalam linguistik sebagai proses morfofonemik. Proses ini sangat penting dalam morfologi karena menjelaskan bagaimana morfem (unsur pembentuk kata) berinteraksi dan berubah bunyinya untuk menciptakan bentuk kata yang sesuai dengan kaidah fonologis bahasa Indonesia.

Pemahaman tentang proses morfofonemik membantu kita memahami bagaimana dan mengapa bentuk kata berubah, serta bagaimana pengucapan dan penulisannya menyesuaikan diri secara sistematis. Materi ini juga sangat penting bagi siapa pun yang ingin memahami bahasa Indonesia secara lebih ilmiah dan mendalam.

Capaian Pembelajaran

Setelah mempelajari materi ini, peserta didik diharapkan mampu:

  1. Menjelaskan pengertian proses morfofonemik dalam bahasa Indonesia.

  2. Menyebutkan jenis-jenis proses morfofonemik.

  3. Mengidentifikasi perubahan bunyi dalam proses pembentukan kata.

  4. Memberikan contoh proses morfofonemik dalam bentuk kata bahasa Indonesia.

  5. Menggunakan kata-kata hasil proses morfofonemik dalam kalimat dengan tepat.

Pembahasan

1. Pengertian Proses Morfofonemik

Proses morfofonemik adalah proses perubahan bunyi yang terjadi akibat pertemuan antara morfem satu dengan morfem lainnya, baik berupa imbuhan (afiks), kata dasar, atau gabungan kata. Dengan kata lain, proses morfofonemik menjelaskan perubahan fonem (unit bunyi terkecil) yang terjadi ketika morfem digabungkan.

Perubahan ini bisa berupa:

  • Peluluhan fonem

  • Penambahan fonem

  • Pergeseran fonem

  • Penyisipan fonem

Proses ini tidak bersifat acak, melainkan mengikuti pola tertentu sesuai sistem bunyi bahasa Indonesia.

2. Jenis-Jenis Proses Morfofonemik dalam Bahasa Indonesia

Dalam bahasa Indonesia, proses morfofonemik umumnya terdiri atas:

  1. Peluluhan fonem /ng/ dan /k/

  2. Penyisipan fonem

  3. Perubahan bunyi konsonan awal pada afiksasi me-

  4. Penghilangan fonem

  5. Pelekatan fonem akibat pengimbuhan

  6. Pemunculan bunyi tambahan untuk eufoni (kelancaran pengucapan)

Mari kita bahas satu per satu dengan contoh-contohnya:

3. Peluluhan Fonem (Nasal dan /k/)

a. Peluluhan /k/

Peluluhan /k/ terjadi ketika imbuhan me- bertemu dengan kata dasar yang diawali huruf k. Dalam proses ini, huruf k pada kata dasar luluh (hilang) untuk menciptakan bentuk kata baru yang lebih mudah diucapkan.

Contoh:

  • me- + kajimengaji

  • me- + kerjamengerja

  • me- + kirimmengirim

Namun:

  • me- + ketukmengetuk (tidak luluh karena bunyinya kuat dan mempertahankan fonem k)

b. Peluluhan /ng/

Terjadi ketika awalan me- bertemu dengan kata yang diawali dengan fonem sengau seperti /ng/, dan bunyi itu mengalami penyesuaian atau peluluhan.

Namun jenis ini jarang terlihat eksplisit karena /ng/ sering justru muncul akibat penyesuaian bunyi lainnya (seperti me- + buatmembuat).

4. Penyisipan Bunyi (Infiksasi)

Dalam beberapa kata, terjadi penyisipan fonem tertentu ke dalam kata dasar. Walaupun infiksasi dalam bahasa Indonesia sudah sangat jarang digunakan, ada beberapa contoh yang menunjukkan proses ini.

Contoh:

  • sisipan -em-: getargemetar

  • sisipan -el-: gigigeligi

  • sisipan -er-: gigigerigi

Penyisipan ini biasanya tidak produktif lagi (tidak bisa diterapkan ke semua kata), dan lebih bersifat historis atau ditemukan dalam kata-kata lama.

5. Perubahan Bunyi Konsonan Awal karena Afiksasi

Ketika awalan me- ditambahkan pada kata dasar yang diawali dengan konsonan tertentu, maka konsonan tersebut dapat berubah atau menyesuaikan diri. Proses ini terjadi untuk mempermudah artikulasi atau pelafalan.

Tabel perubahan bunyi pada prefiks me-:

Huruf Awal

Bentuk dengan me-

Contoh

p

mem-

me- + potongmemotong

b

mem-

me- + bacamembaca

f

mem-

me- + fotomemfoto

t

men-

me- + tulismenulis

d

men-

me- + dengarmendengar

s

meny-

me- + apumenyapu

k

meng-

me- + kajimengaji

g

meng-

me- + galimenggali

h

meng-

me- + hitungmenghitung

vokal (a, e, i, o, u)

menge-

me- + ambilmengambil

Proses ini disebut juga asimilasi bunyi atau asimilasi fonologis, yakni bunyi berubah menyesuaikan dengan bunyi di sekitarnya.

6. Penghilangan Fonem (Aferesis)

Dalam beberapa bentuk kata, fonem pada awal kata dasar bisa hilang karena pengaruh imbuhan, terutama dalam bentuk informal.

Contoh:

  • akukukubilang (dari: aku bilang)

  • engkaukaukaubilang

7. Pemunculan Bunyi Tambahan (Protesis dan Epentesis)

Untuk memperlancar pelafalan, dalam beberapa kata muncul bunyi tambahan di awal atau tengah kata.

a. Protesis (penambahan bunyi di awal)

Contoh:

  • ajarpengajar (penambahan ng untuk kelancaran artikulasi)

b. Epentesis (penyisipan bunyi di tengah)

Contoh:

  • tulismenulis (perubahan me-men- karena huruf awal t)

8. Contoh Analisis Morfofonemik

Mari kita analisis bentuk kata berikut:

Contoh 1:

  • Menggali

    • Kata dasar: gali

    • Imbuhan: me-

    • Karena gali diawali huruf g, maka me- berubah menjadi meng-

    • Proses: Asimilasi fonem (me- → meng-)

Contoh 2:

  • Membaca

    • Kata dasar: baca

    • Imbuhan: me-

    • Karena b adalah bilabial, maka me- menjadi mem-

    • Proses: Asimilasi bunyi konsonan

Contoh 3:

  • Menyapu

    • Kata dasar: sapu

    • Imbuhan: me-

    • Karena diawali huruf s, maka berubah menjadi meny-

    • Proses: Asimilasi + peluluhan fonem s

9. Manfaat Mempelajari Proses Morfofonemik

  • Memahami perubahan bentuk kata secara logis dan sistematis.

  • Menghindari kesalahan berbahasa, terutama dalam menulis dan berbicara.

  • Membantu dalam pengajaran, penerjemahan, dan pengembangan bahasa.

  • Menjadi dasar dalam pengembangan teknologi linguistik seperti NLP (Natural Language Processing).

10. Latihan Soal

A. Identifikasi jenis proses morfofonemik berikut ini!

  1. Memasak

  2. Mengambil

  3. Membaca

  4. Geligi

  5. Kubilang

B. Jelaskan proses morfofonemik yang terjadi pada kata-kata berikut!

  1. Menyapu

  2. Menulis

  3. Mengukir

  4. Menghitung

  5. Menonton

Penutup

Proses morfofonemik merupakan aspek penting dalam morfologi yang menjelaskan bagaimana perubahan bunyi terjadi dalam pembentukan kata. Perubahan ini bukan hanya soal pelafalan, tetapi merupakan sistem yang mengikuti pola kaidah fonologis dalam bahasa Indonesia. Dengan memahami proses ini, kita bisa lebih teliti dan tepat dalam menggunakan serta membentuk kata-kata dalam berbahasa. Selain itu, proses ini menunjukkan bahwa bahasa adalah sistem yang dinamis dan terstruktur.